A. Latar Belakang
Pembebasan Irian Barat
Pengembalian Irian
Barat menjadi masalah penting bagi pemerintah Indonesia sejak tahun 1950, yaitu
satu tahun setelah penandatanganan KMB. Salah satu isi perjanjian tersebut
adalah Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia satu tahun setelah
pengakuan kedaulatan. Keputusan tersebut tidak pernah ditepati oleh Belanda.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia berjuang dengan segala cara untuk merebut
kembali Irian Barat dari tangan Belanda.
B. Strategi
perjuangan
1. Perjuangan melalui Diplomasi
Presiden Soekarno berpidato dalam rangka pembebasan Irian Barat |
Langkah-langkah
diplomasi dalam upaya pembebasan Irian Barat yang ditempuh pemerintah Indonesia
diplomasi secara bilateral (Indonesia – Belanda) maupun secara multilateral
(Indonesia dengan beberapa negara). Kegiatan ddiplomasi ini dapat dirinci
sebagai berikut :
Ø Tanggal 4 Desember
1950 diadakan konferensi Uni Indonesia Belanda. Dalam konferensi itu Indonesia
mengusulkan agar Belanda menyerahkan Irian Barat secara de jure. Namun ditolak
oleh Belanda.
Ø Pada bulan Desember
1951 diadakan perundingan bilateral antara Indonesia dan Belanda. Perundingan
ini membahas pembatalan uni dan masuknya Irian Barat ke wilayah NKRI, namun
gagal.
Ø Pada bulan September
1952, Indonesia mengirim nota politik tentang perundingan Indonesia Belanda
mengenai Irian Barat, namun gagal.
Perjuangan Diplomasi
Tingkat Internasional :
Ø Dalam Konferensi
Colombo bulan April 1954, Indonesia memajukan masalah Irian Barat. Indonesia
berhasil mendapat dukungan.
Ø Pada tahun 1954 Indonesia
mengajukan masalah Irian Barat dalam sidang PBB. Namun mengalami kegagalan
karena tidak memperoleh dukungan yang kuat.
Ø Dalam Konfrensi Asia
Afrika (KAA) tahun 1955 Indonesia mendapat dukungan dalam masalah Irian Barat.
Hingga tahun 1956,
perundingan antara Indonesia dan Belanda mengenai masalah Irian Barat mengalami
kegagalan. Karena mengalami kegagalan dan tidak ada itikad baik dari Belanda
untuk menyelesaikannya, maka pemerintah Indonesia mengambil jalan konfrontasi.
2. Perjuangan
melalui Konfrontasi
Demonstrasi mendukung pembebasan Irian Barat |
Pemerintah Indonesia
secara bertahap mulai mengambil langkah yang konkrit dalam pembebasan Irian
Barat. Langkah-langkah tersebut dilakukan melalui konfrontasi ekonomi, politik,
dan militer.
a. Konfrontasi
Ekonomi
Sejak tahun 1957
Indonesia melancarkan aksi konfrontasi dalam upaya pembebasan Irian Barat.
Jalan konfrontasi yang pertama ditempuh adalah konfrontasi bidang ekonomi.
Bentuk konfrontasi ekonomi dilakukan dengan tindakan-tindakan berikut.
Ø Nasionalisasi de
javasche Bank menjadi Bank Indonesia tahun 1951.
Ø Pemerintah Indonesia
melarang maskapai penerbangan Belanda (KLM) melakukan penerbangan dan
pendaratan di wilayah Indonesia.
Ø Pemerintah Indonesia
melarang beredarnya terbitan berbahasa Belanda.
Ø Pemogokan buruh
secara total pada perusahan-perusahaan Belanda di Indonesia yang memuncak pada
tanggal 2 Desember 1957.
Ø Semua perwakilan
konsuler Belanda di Indonesia dihentikan mulai 5 Desember 1957. Pada saat itu
juga dilakukan aksi pengambilalihan atau nasionalisasi secara sepihak terhadap
perusahaanperusahaan Belanda di Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut
antara lain Netherlandsche HandelMaatscappij (NHM) menjadi Bank Dagang Negara,
Bank Escompto, dan percetakan de Unie.
Tindakan
Indonesia yang mengambil alih seluruh modal dan perusahaan Belanda menimbulkan
kemarahan Belanda, bahkan negara-negara Barat sangat terkejut atas tindakan
Indonesia tersebut. Akibatnya hubungan Indonesia-Belanda semakin tegang, bahkan
PBB tidak lagi mencantumkan masalah Irian Barat dalam agenda sidangnya sejak
tahun 1958.
b. Konfrontasi
Politik
Di samping melalui
konfrontasi ekonomi, pemerintah RI juga melakukan konfrontasi politik. Pada
tahun 1956 secara sepihak Indonesia membatalkan hasil KMB yang dikukuhkan dalam
UU No 13 tahun 1956. Kemudian untuk mengesahkan kekuasaannya atas Irian Barat,
maka pada tanggal 17 Agustus 1956 pemerintah Indonesia membentuk Provinsi Irian
Barat dengan ibukotanya Soa Siu. Wilayahnya meliputi wilayah yang diduduki
Belanda serta daerah Tidore, Oba, Weda, Patani, dan Wasile. Gubernurnya yang pertama
adalah Zainal Abidin Syah. Selanjutnya dibentuk Partai Persatuan Cenderawasih
dengan tujuan untuk dapat segera menggabungkan wilayah Irian Barat ke dalam RI.
Pada tanggal 4 Januari 1958 pemerintah membentuk Front Nasional Pembebasan
Irian Barat (FNPIB). Tujuannya untuk mengerahkan massa dalam upaya pembebasan
Irian Barat. Ketegangan Indonesia-Belanda makin memuncak ketika Indonesia
memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda pada tanggal 17 Agustus 1960.
c . Konfrontasi
Militer
Untuk
meningkatkan perjuangan, Dewan Pertahanan Nasional merumuskan Tri Komando
Rakyat (TRIKORA) yang dibacakan Presiden Soekarno tanggal 19 Desember 1961 di
Yogyakarta.
Isi trikora
1.
Gagalkan
pembentukan Negara Boneka Papuabuatan Belanda kolonial.
2.
Kibarkan
Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia.
3. Bersiaplah
untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air
dan Bangsa.
Sebagai tindak
lanjut dari Trikora, pemerintah kemudian membentuk Komando Mandala Pembebasan
Irian Barat pada tanggal 13 Januari 1962. Sebagai Panglima Komando Mandala
ditunjuk Mayjen Soeharto. Markasnya berada di Makassar. Adapun tugas-tugas
Komando Mandalah sebagai berikut :
1)
Merencanakan,
mempersiapkan, dan menyelenggarakanoperasi-operasi militer.
2)
Menciptakan
daerah bebas secara defacto atau mendudukkan unsur kekuasaan RI di Irian Barat.
Untuk melaksanakan
tugas-tugas tersebut, maka Panglima Mandala menyusun strategi Panglima Mandala.
Berikut ini tahapan-tahapan dalam strategi Panglima Mandala tersebut.
Ø Sampai tahun 1962,
fase infiltrasi dengan memasukkan 10 kompi sekitar sasaran tertentu.
Ø Awal tahun 1963,
fase eksploitasi dengan mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer
lawan, dan menduduki semua pos pertahanan musuh.
Ø Awal tahun 1964,
fase konsolidasi dengan mendudukkan kekuasaan-kekuasaan RI secara mutlak di
seluruh Irian Barat.
Pada tanggal 15
Januari 1962 terjadi peristiwa Laut Aru. Ketiga MTB yaitu MTB RI Macan Tutul,
MTB RI Harimau, dan MTB Macan Kumbang diserang oleh Belanda dari laut dan
udara. Ketika itu ketiga kapal sedang mengadakan patroli di Laut Aru. Komodor
Yos Sudarso segera mengambil alih komando MTB Macan Tutul dan memerintahkan
kedua MTB lainnya mundur untuk menyelamatkan diri. Dalam pertempuran tersebut,
akhirnya MTB Macan Tutul bersama Kapten Wiratno dan Komodor Yos Sudarso
terbakar dan tenggelam.
Dalam rangka
konfrontasi, pemerintah mengadakan operasi militer. Operasi militer yang
dilaksanakan antara lain Operasi Serigala (di Sorong dan Teminabuan), Operasi
Naga (di Merauke), Operasi Banteng Ketaton (di Fak-Fak dan Kaimana), dan
Operasi Jaya Wijaya. Operasi yang terakhir dilaksanakan adalah Operasi
Wisnumurti. Operasi ini dilaksanakan saat penyerahan Irian Barat kepada RI
tanggal 1 Mei 1963. Pada tanggal yang sama Komando Mandala juga secara resmi
dibubarkan.
C. Pelaksanaan
Pepera di Irian Barat
Konfrontasi
Indonesia dengan Belanda mengenai Irian Barat mendapat perhatian dunia. Badan
PBB pun mulai menunjukkan perhatiannya dengan mengutus Ellsworth Bunker
(seorang diplomat Amerika Serikat) untuk menengahi perselisihan antara
Indonesia dan Belanda. Bunker mengajukan rencana penyelesaian Irian Barat yang
terkenal dengan nama Rencana Bunker (Bunkers Plan). Berikut ini isi Rencana
Bunker.
Belanda menyerahkan
Irian Barat kepada Indonesia melalui UNTEA.
Rakyat Irian Barat
harus diberi kesempatan untuk menentukan pendapat, apakah ingin memisahkan diri
atau tetap bersatu dengan RI.
Pelaksanaan
penyelesaian Irian Barat selesai dalam jangka waktu dua tahun.
Untuk menghindari
bentrokan fisik di antara pihak yang bersengketa diadakan masa peralihan di
bawah pengawasan PBB selama satu tahun.
Pemerintah RI
menyetujui usul tersebut, namun Belanda menolaknya. Amerika Serikat yang semula
mendukung posisi Belanda, berbalik menekan Belanda agar mau berunding dengan
Indonesia. Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1962, Belanda bersedia berunding
dengan Indonesia. Perundingan itu menghasilkan kesepakatan yang diberi nama
Perjanjian New York. Berikut ini isi
Perjanjian New York.
1)
Penghentian
permusuhan.
2) Setelah
persetujuan disahkan, paling lambat 1 Oktober 1962 UNTEA menerima Irian Barat
dari Belanda. Sejak saat itu, bendera Belanda diturunkan dan diganti dengan
bendera PBB.
3)
Pasukan
Indonesia tetap tinggal di Irian Barat yang berstatus di bawah UNTEA.
4)
Angkatan
Perang Belanda dan pegawai sipilnya berangsur-angsur dipulangkan dan harus
selesai paling lambat 11 Mei 1963.
5)
Bendera
Indonesia mulai berkibar 31 Desember 1962 di samping bendera PBB.
6)
Pemerintah
RI menerima pemerintahan di Irian Barat pada tanggal 1 Mei 1963.
7)
Pada
tahun 1969 diadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera).
Sebagai tindak
lanjut dari Persetujuan New York, Sekjen PBB menunjuk Rolsz Bennet dari
Guatemala sebagai Gubernur UNTEA merangkap wakil Sekjen PBB di Irian Barat.
Berdasar Persetujuan New York tahun 1962, di Irian Barat diselenggarakan act of
free choice atau Penentuan Pendapat Rakyat (pepera). Dewan Musyawarah Pepera
dengan suara bulat memutuskan bahwa Irian Barat tetap merupakan bagian dari
Republik Indonesia.
kak sertakan daftar pustakanya dong. terima kasih
BalasHapusWhere to buy titanium trim - TITIAN ROULETTE TURNED - ITNCIN - Tin
BalasHapusHow many Tien Tips can I oakley titanium sunglasses get at an titanium mug online titanium wedding ring horse racing titanium build betting tube supplier shop? We've got you covered and with this, you can now find out.